Sabtu, 11 Mei 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ilmu filsafat sebetulnya aliran atau paham yang salah satu dan lainnya ada yang saling bertentangan dan adapula yang memiliki konsep dasar yang sama. Akan tetapi meskipun bertentangan bukan untuk saling bertentangan, justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah dikenalkan oleh para tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang yang sedang kita hadapi. Antara aliran atau paham yang satu dengan yang lainnya dapat saling mendukung. Seperti penyelesaiaan masalah yang sederhana misalnya kita bisa menggunakan logika klasik untuk menggali ilmu-ilmu yang ada di alam, kita dapat menggunakan cara empirisme, untuk membantu pemahaman bisa menggunakan teori idealism.
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia.
  1. Identifikasi Masalah.
1.      Apa definisi filsafat dan idealisme ?
2.      Bagaiman  hubungan Idealisme dan filsafat pendidikan ?
3.      Apa tujuan dan pokok-pokok dari filsafat pendidikan dan idealism ?
4.      Apa obyek,prisip, dan konsep dari filsafat pendidikan dan Ideologi ?
5.      Apa pemikiran dari filsafat pendidikan dan Idealisme ?
6.      Bagaimana pengaruh idealisme di ruang kelas ?
BAB II
PERMASALAHAN

  1. Permasalahan.
Filsafat itu sangat luas cakupan pembahasannya, yang ditujunya adalah mencari hakihat kebenaran atas segala sesuatu yang meliputi kebenaran berpikir (logika), berperilaku (etika), serta mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Sejak zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang paling utama dalam filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika, dan etika.Filsafat akan memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, tentang kebenaran. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru serta membangun keyakinan atas dasar kematangan intelektual. Filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi dapat dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Filsafat akan memberikan dasar-dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup secara baik, bagaimana hidup secara baik dan bahagia. Dengan kata lain, tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).

BAB III
PEMBAHASAN

A.    Definisi  filsafat dan idealisme.
Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosophos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain menyatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup iku menentukan arah dan tujuan proses pendidikan.
Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya.Dalam pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Jadi jika ada masalah atas pertanyaan-pertanyaan soal pendidikan yang bersifat filosofis, wewenang filsafat pendidikanlah untuk menjawab dan menyelesaikannya.
Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh factor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.

           
            Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata ”idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini telah dimilki oleh Plato dan para filsafat modern yang dipelopori oleh J.G. Fihte, Sckelling dan Hegel.
Idealisme mempunyai argument epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi bergantung kepada spirit, tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan argument yang mengatakan bhwa obyek-obyek fisik pada akhirnya adalah ciptaan Tuhan. Argument orang-orang idealis mengatakan bahwa obyek-obyek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.
Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa apriori atau deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya.
Plato sering disebut sebagai seorang idealis sekalipun ideanya tidak khusus (spesifik) mental, tetapi lebih merupakan objek yang universal(mirip dngan defenisi Aristoteles, pengertian umum pada Socrates). Akan tetapi, ia spendapat dengan idealisme (yang tampak) itu berwatak (khas) spiritual. Ini terlihat jelas pada legenda manusia guanya yang terkenal itu
Menurut Plato ( 427-374 SM ) menyatakan bahwa aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Cita juga gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli ( cita ) dengan banyangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita me;ahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang bahwa yang nyata hanyalah idea, idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta pergeseran yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Menurut Ahmad Agung yang dikutip dari bukunya Juhaya S. Pradja (1987 : 38) ada beberapa jenis idealisme, diantaranya :
1.      Idealisme subjektif atau juga disebut immaterialisme, mentalisme, dan fenomenalisme. Seorang idealis subjektif akan menyatakan bahwa akal, jiwa, dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Objek pengalaman bukan benda material tetapi adalah persepsi. Oleh karena itu benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya.
2.      Idealisme objektif, bahwa akal menemukan apa yang sudah kita dapat dalam susunan alam.
3.      Idealisme individual atau idealisme personal, yaitu nilai-nilainya dan perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme ini muncul sebagai protes terhadap materialism mekanik dan idealism monistik.
Ada beberapa tokoh aliran Idealisme :
1.      J.G. Fichthe (1762-1914 M)
Dengan melalui metode deduktif fichte mencoba menerangkan hubungan Aku (Ego) dengan adanya benda-benda (non-Ego). Karena ego berpikir, mengiakan diri maka terlahirlah non-ego (benda-benda). Secara sederhana dialektika fichte itu dapat diterangkan sebagai berikut : manusia memandang obyek bebda-benda dengan inderanya. Dalam mengindera obyek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka brjalanlah proses intelektualnyauntuk membentuk dan mengabstraksikan obyek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkan.
2.      F. W.S. schelling (1775-1854 M)
Friedrich Wilhem Joseph Schelling telah mencapai kematangan sebagai filosuf pada waktu itu ia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, ketika usianya baru 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Sampai akhir hidupnya pemikirannya selalu berkembang. Namun, continuitasnya tetap ada. Dia adalah filosuf idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme Hegel. Ia pernah menjadi kawan Fichte.
Bersama Fishte dan Hegel, Sheiling adalah idealis Jerman yang terbesar. Pemikirannya pun merupakan mata rantai antara Fishte dan hegel. Fichte memandang alam semesta sebagai lapangan tugas manusia dan sebagai basis kebebasan moral, Schelling membahas realitas lebih obyektif dan menyiapkan jalan bagi idealisme absolute. Dalam pandangan Scheiling, realitas adalah identik dengan gerakan pemikiran yang berevolusi secara dialektis. Pada Schelling, juga pada Hegel, realitas adalah proses rasional evolusi dunia menuju realisasi berupa suatu ekspresi kebenaran terakhir. Tujuan proses itu adalah suatu keadaan kesadaran diri yang sempurna.
            3. G. W. F. Hegel (1770-1031)
Ia termasuk salah satu filosuf barat yang menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh, spirit), suatu istilah diilami oleh agamanya. ia berusaha menghubungkan Yang Mutlak itu dengan Yang Tidak Mutlak. Yang Mutlak itu roh (jiwa), menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya Idea, artinya: berpikir.
Idea yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Demikianlah proses roh atau Idea yang disebut Hegel: Dialektika. Proses itu berlaku menurut hukum akal. Sebab itu yang menjadi aksioma Hegel: apa yang masuk akal (rasional) itu sungguh riil, dan apa yang sungguh itu masuk akal.
B.      Hubungan Idealisme dan Filsafat Pendidikan.
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan yang berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat . Bahkan jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell home. Beliau adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.
Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi sebagai spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh bahagia. Tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial perlunya persaudaraan sesama manusia.
C.     Tujuan Filsafat dan Idealisme.
Tujuan filsafat pendidikan :
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaiman mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan untuk menghasilakn pemikiran tentang kebijakan dan prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. praktik pendidikan atau prosese pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidikan.
           
Tujuan Idealisme  :
Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
  1. Pokok – pokok Pemikiran Idealisme.
1.      Alam sebagai sesuatu yang bersifat rohani.
Secara umum dapat dikatakan ada dua macam kaum idealisme yaitu kaum spiritualis dan kaum dualis. Meraka memandang alam sebagai keseluruhan yang bertingkat-tingkat dan diri kita masing-masing sebagai pusat rohani dan berkeseimbangan dengan tingkat yang lain. Apa yang kita namakan dunia material juga merupakan dunia dengan pusat rohani yang mempengaruhi alat inderawi kita.
2.      Tingkat – tingkat Alam.
Pendirian alam semesta dapat dipulangkan kepada roh yang ditolak oleh kaum idealis, kaum idealis yang dualistis menyatakan bahwa yang terdalam ialah jiwa semesta, tetapi mereka menyatakan pendapat yang umum bahwa alam merupakan tatanan yang mempunyai tingkat-tingkat yang berbeda-beda, yang sebagai sistem saling berhubungan namun pada dasarnya yang satu tidak dapat dipulangkan kepada lahirnya.
3.      Penalaran yang didasari atas makna.
Wilbur m. Urban, adalah seorang paham idealismedewasa ini, semua penganut idealisme tentu bersepakat bahwa dunia kita ini memandang makna. Sebab, jika tidak demikian maka tugas para filsufuf yang sebenarnya menjadi tidak berarti. Tetapi apa yang dinamakan makna tadi senantiasa terdapat di dalam suatu sistem yang merupakan kebetualan. Karena jika memang dunia kita megandung makna, maka dunia tersebut harus merupakan suatu sistem kebetulan logis ( spiritual ).
4.      Jiwa dan Nilai.
Jiwa ( roh ) dalam khasanah kata-kata kita menggambarkan pengakuan mengenai adanya nilai-nilai dan adanya sesuatu dalam diri kita yang bukan berupa alat-alat iderawi kita. Dengan kata lain, sesuatu dalam diri kita yang memberikan pengakuan serta penghargaan kepada nilai-nilai, itulah yang dinamakan roh.
William e.hocking adalah seorang idealis yang memeberikan penjelasan mengenai istilah jiwa, yaitu jiwa yang bersifat mempersatukan segala hal.
5.      Etika Idealisme.
Bahwa perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasari pada prinsip kerohanian yang lebih tinggi.
6.      Teori Pengetahuan.
Idealisme mengemukakan hakekat pengetahuan manusia ada di dalam jiwa/roh. Bahwa pengetahuan itu tidak lain dari kejadian dalam jiwa manusia, sedang kenyataan yang diketahui manusia itu sekelilingnya terletak di luarnya.

  1. Obyek Filsafat Ilmu.
Filsafat ilmu memiliki obyek tersendiri, baik menyangkut obyek material maupun obyek formalnya.
1.      Obyek material filsafat ilmu.
Adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat di pertanggungjawabkan.
2.      Obyek formal filsafat ilmu.
Adalah esensi ( hakikat ) ilmu pengetahuan yang mencakup apa hakikat ilmu itu sesungguhnya.



  1. Pandangan filsuf mengenai Idealisme.
1.      Schelling memberikan nama yang diberikan idealisme subyektif pada filsafat Fichte,dengan alasan bahwa dalam pemikiran Fichte dunia merupakan postulat subyek yang memutuskan.

2.      Idealisme obyek adalah nama yang diberikan oleh Schelling pada pemikiran filsafat. Menurutnya, alam adalah intelegensi yang kelihatan. Hal tersebut menunjukkan semua filsafat yang mengidentikkan realitas dengan ide,akal atau roh.

3.      Hegel menerima klasifikasi schilling, dan mengubahnya menjadi idealisme absolute sebagai sintesis dari pandangan idealism subyektif ( tesis ) dan obyektif ( antithesis ).

4.      Idealisme transendetal adalah pandangan dan penyebutan dari Immanuel kant. Pandangan ini mempunyai alternative yaitu isi dari pengalaman langsung tidak dianggap sebagai benda dalam dirinya, sedangkan ruang dan waktu merupakan forma intuisi kita sendii.

5.      Idealisme epistimologi merupakan suatu keputusan bahwa membuat kontak hanya dengan ide-ide atau pada peristiwa manapun dengan entitas-entitas psikis.

6.      Idealisme personal adalah sistem filsafat Howison dan Bowne.

7.      Idealisme voluntarisme dikembangkan oleh foulee dalam suatu sistem yang melibatkan tenaga pemikiran.

8.      Idealisme teistik pandangan dan sistem filsafat dari Ward.

9.      Idealisme monistik adalah penyebutan dan sistem filsafat dari Paulsen.

10.  Idealisme etis adalah pandangan filsafat yang dianut oleh Sorley dan Messer.
  1. Konsep Filsafat menurut aliran Idealisme.
1.      Metafisika idealisme.
Secara pasti kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
2.      Humanologi Idealisme.
Jiwa yang dikaruniai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan memilih.
3.      Epistimologi Idealisme.
Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang.
4.      Aksiologi Idealisme.
Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.



  1. Prinsip – prinsip Idealisme.
Adapun beberapa prisip idealisme, yaitu :
1.      Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide ( spirit ). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagiannya harus dipandang sebagai suatu sistem yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
2.      Realitas atau kenyataan yang tampak di ala mini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang dalam jiwa manusia.
3.      Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma berharga dan lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia.
4.      Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang berpusat kepada Tuhan, kepada jiwa, spiritualitas, dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak.

  1. Pemikiran Filsafat Pendidikan dan Ideologi.
1.      Dalam hal ini pemikiran idealisme akan membahas tentang  :
a.       Realitas.
Menurut filsafat idealisme realitas akhir adalah roh, bukan materi atau fisik. Parmenides filosof dari Elea ( yunani Purba ), kata “Apa yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata”
b.      Pengetahuan.
Seperti yang kita ketahui idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain dari pada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sendiri terletak di luar.
Seperti yang dikutip dalam buku Henderson ( 1959:215 ) mengemukakan bahwa indera kita hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan.
c.       Pendidikan.
Merupakan proses atau usaha yang terancang atau sistematis dan berkepanjangan atau terus-menerus untuk mengembangkan potensi dari manusia yang akan membentuk kepribadian-kepribadian yang baik.     
2.      Pemikiran Filsafat Pendidikan :
a.       Menurut Socrates ( 470-399 SM ).
Dalam sejarah filsafat muncullah salah seorang pemikir besar kuno yang man gagasan filosofisnya dan metode pengajarannay ditunjukkan untuk mempengaruhi secara mendalam dan abadi terhadap teori dan praktik pendidikan diseluruh dunia barat.
Tujuan pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus menerus dan standar moral yang tinggi (Smith, 1986: 25).
Dengan menggunakan metode mengajar yang dialektis ini Socra¬tes menunjukkan bahwa jawaban-jawaban terbaik atas pertanyaan moral menurut pendapatnya adalah cita-cita yang diajarkan oleh para pendiri¬pendiri agama, cita-cita yang melekat pada ketuhanan, cinta pada umat manusia, keadilan, keberanian, pengetahuan tentang kebaikan dan keja¬hatan, hormat terhadap kebenara.
b.      Menurut Plato ( 427-347 SM ).
Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuh¬nya menyerap ajaran-ajaran pendidikan besar itu, kemudian mengembangkan sistem filsafatnya sendiri secara lengkap. la mendiri¬kan sebuah akademi, suatu pusat untuk studi.

Plato, dilahirkan dalam keluarga Aristokrasi yang kaya (mungkin di Athena disekitar tahun 427 SM).Menurut Plato di dalam negara idealnya pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian yang paling khusus bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tugas dan panggilan yang sangat mulia yang harus diselenggarakan oleh negara. Pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tindakan pembebasan dari belengggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan pendidikan pula, orang-orang akan mengenal apa yang balk dan apa yang jahat, dan juga akan menyadari apa patut dan apa yang tidak patut, dan yang paling dominan dari semua itu adalah bahwa pendidikan mereka akan lahir kembali (they shall be born again) (Raper, 1988: 110).
c.       Menurut Aristoteles ( 367-345 SM ).
Aristoteles menerima pendidikan yang lengkap pada awal mass kanak-kanak dan mungkin kemudian mengajar dalam pengamatan gejala-gejala penyakit dan teknik-teknik pembedahan. Balk ayah maupun ibunya,Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, akan tetapi soal memberi bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, supaya mengarah dirt kepada akal, sehingga dapat dipakai akal guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, ia memer¬lukan dukungan-dukungan perasaan yang lebih tinggi yang diberikan arch yang benar. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan yang baik adalah yang mempunyai tujuan untuk kebahagiaan. Kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif (Barnadib, 1994: 72).Aristoteles juga menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan rendah, sebagaimans pada tingkat pendidikan usia muda itu perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Menurut Aristoteles untuk memperoleh pengetahuan manusia harus lebih dari binatang-binatang lain berdasarkan kekuatannya untuk berpikir,

  1. Pengaruh Idealisme diruang kelas.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealism berfungsi sebagai :
1.      Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik.
2.      Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa.
3.      Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik.
4.      Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid.
5.      Guru menjadi teman dari para muridnya.
6.      Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar.
7.      Guru harus bisa menjadi idola para siswa.
8.      Guru harus rajin beribadah, sehingga menjadi insane kami yang bisa menjadi teladan para siswa.
9.      Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif.
10.  Guru harus mampu mengapresiasikan terhadap subjek yang menjadi bahan ajaran yang di ajarkan.

Guru menjadi agen penting dalam menolong siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, guru idealis menyajikan bahan belajar warisan budaya yang terbaik. Membuat siawa berperan dalam menyambungkan karya mereka untuk masyarakat.
BAB IV
PENUTUP

  1. Simpulan.
Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis.
Idealisme adalah merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.
Tujuan idealisme untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemempuan dasar kebaikan dan sosial.Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal.
aliran filsafat idealisme dalam pendidikan menekankan pada upaya pengembangan bakat dan kemampuan peserta didik sebagai aktualisasi potensi yang dimilikinya. Untuk mencapainya diperlukan pendidikan  yang berorientasi pada penggalian potensi dengan memadukan kurikulum pendidikan umum dan pendidikan praktis. Kegiatan belajar terpusat pada peserta didik yang dikondisikan oleh tenaga pendidik.
  1. Saran.
Saran yang bisa diberikan penulis adalah sebagai manusia dalam melakukan segala sesuatu sebaiknya mempertimbangkannya dulu. Yaitu melalui pemikiran (rasio atau akal), agar hasil yang akan didapatkan itu lebih baik dan memuaskan. Hasilnya akan berbeda jika dalam menentukan sesuatu tanpa melalui pertimbangan dan pemikiran.
Sebagai calon seorang guru, hendaknya pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam. Pendidik memenuhi akal peserta didik dengan hakikat dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain guru harus menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk pembelajaran, serta lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.
 
DAFTAR PUSTAKA

7.      Buku “filsafat ilmu” oleh Dr. Maufur










2 komentar: