BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu
filsafat sebetulnya aliran atau paham yang salah satu dan lainnya ada yang
saling bertentangan dan adapula yang memiliki konsep dasar yang sama. Akan
tetapi meskipun bertentangan bukan untuk saling bertentangan, justru dengan
banyaknya aliran atau paham yang sudah dikenalkan oleh para tokoh-tokoh
filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang yang
sedang kita hadapi. Antara aliran atau paham yang satu dengan yang lainnya
dapat saling mendukung. Seperti penyelesaiaan masalah yang sederhana misalnya
kita bisa menggunakan logika klasik untuk menggali ilmu-ilmu yang ada di alam,
kita dapat menggunakan cara empirisme, untuk membantu pemahaman bisa
menggunakan teori idealism.
Beberapa
aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan,
misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan
konstruktivisme. Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam
jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses
introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia.
- Identifikasi Masalah.
1.
Apa definisi filsafat dan idealisme ?
2.
Bagaiman
hubungan Idealisme dan filsafat pendidikan ?
3.
Apa tujuan dan pokok-pokok dari filsafat
pendidikan dan idealism ?
4.
Apa obyek,prisip, dan konsep dari
filsafat pendidikan dan Ideologi ?
5.
Apa pemikiran dari filsafat pendidikan
dan Idealisme ?
6.
Bagaimana pengaruh idealisme di ruang
kelas ?
BAB II
PERMASALAHAN
- Permasalahan.
Filsafat
itu sangat luas cakupan pembahasannya, yang ditujunya adalah mencari hakihat
kebenaran atas segala sesuatu yang meliputi kebenaran berpikir (logika),
berperilaku (etika), serta mencari hakikat atau keaslian (metafisika). Sejak
zaman Aristoteles hingga dewasa ini lapangan-lapangan yang paling utama dalam
filsafat selalu berputar di sekitar logika, metafisika, dan etika.Filsafat akan
memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun
dengan tertib, tentang kebenaran. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan
nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru serta
membangun keyakinan atas dasar kematangan intelektual. Filsafat tidak hanya
cukup diketahui, tetapi dapat dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Filsafat
akan memberikan dasar-dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup secara
baik, bagaimana hidup secara baik dan bahagia. Dengan kata lain, tujuan
filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran
berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Definisi
filsafat dan idealisme.
Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan
“philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosophos adalah seorang pencinta
kebijaksanaan. Sebagian lain menyatakan bahwa filsafat adalah cinta akan
kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia
pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang
merupakan pandangan hidup iku menentukan arah dan tujuan proses pendidikan.
Oleh karena
itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab,
pendidikan sendiri pada hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai
filsafat, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang
lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya.Dalam pendidikan diperlukan
bidang filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang
mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah
pendidikan yang bersifat filosofis. Jadi jika ada masalah atas
pertanyaan-pertanyaan soal pendidikan yang bersifat filosofis, wewenang
filsafat pendidikanlah untuk menjawab dan menyelesaikannya.
Ajaran filsafat adalah hasil
pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara
fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam
penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang
berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat
disebabkan pula oleh factor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para
ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu
tempat.
Idealisme
adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini
diambil dari kata ”idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini
telah dimilki oleh Plato dan para filsafat modern yang dipelopori oleh J.G.
Fihte, Sckelling dan Hegel.
Idealisme mempunyai argument epistemologi tersendiri.
Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi bergantung
kepada spirit, tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan argument
yang mengatakan bhwa obyek-obyek fisik pada akhirnya adalah ciptaan Tuhan.
Argument orang-orang idealis mengatakan bahwa obyek-obyek fisik tidak dapat
dipahami terlepas dari spirit.
Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan
rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa apriori
atau deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya.
Plato sering disebut sebagai seorang idealis sekalipun
ideanya tidak khusus (spesifik) mental, tetapi lebih merupakan objek yang
universal(mirip dngan defenisi Aristoteles, pengertian umum pada Socrates).
Akan tetapi, ia spendapat dengan idealisme (yang tampak) itu berwatak (khas)
spiritual. Ini terlihat jelas pada legenda manusia guanya yang terkenal itu
Menurut Plato (
427-374 SM ) menyatakan bahwa aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu
filsafat yang mengagungkan jiwa. Cita juga gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli ( cita ) dengan
banyangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan
cita me;ahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang bahwa
yang nyata hanyalah idea, idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami
perubahan serta pergeseran yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Menurut Ahmad
Agung yang dikutip dari bukunya Juhaya S. Pradja (1987 : 38) ada beberapa jenis
idealisme, diantaranya :
1. Idealisme
subjektif atau juga disebut immaterialisme, mentalisme, dan fenomenalisme.
Seorang idealis subjektif akan menyatakan bahwa akal, jiwa, dan
persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Objek
pengalaman bukan benda material tetapi adalah persepsi. Oleh karena itu
benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal
yang mempersepsikannya.
2. Idealisme
objektif, bahwa akal menemukan apa yang sudah kita dapat dalam susunan alam.
3. Idealisme
individual atau idealisme personal, yaitu nilai-nilainya dan perjuangannya
untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme ini muncul sebagai protes terhadap
materialism mekanik dan idealism monistik.
Ada beberapa
tokoh aliran Idealisme :
1. J.G.
Fichthe (1762-1914 M)
Dengan melalui
metode deduktif fichte mencoba menerangkan hubungan Aku (Ego) dengan adanya
benda-benda (non-Ego). Karena ego berpikir, mengiakan diri maka terlahirlah
non-ego (benda-benda). Secara sederhana dialektika fichte itu dapat diterangkan
sebagai berikut : manusia memandang obyek bebda-benda dengan inderanya. Dalam
mengindera obyek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka
brjalanlah proses intelektualnyauntuk membentuk dan mengabstraksikan obyek itu
menjadi pengertian seperti yang dipikirkan.
2. F.
W.S. schelling (1775-1854 M)
Friedrich
Wilhem Joseph Schelling telah mencapai kematangan sebagai filosuf pada waktu
itu ia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, ketika usianya baru 23 tahun, ia
telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Sampai akhir hidupnya
pemikirannya selalu berkembang. Namun, continuitasnya tetap ada. Dia adalah
filosuf idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi
perkembangan idealisme Hegel. Ia pernah menjadi kawan Fichte.
Bersama Fishte dan Hegel, Sheiling adalah idealis Jerman
yang terbesar. Pemikirannya pun merupakan mata rantai antara Fishte dan hegel.
Fichte memandang alam semesta sebagai lapangan tugas manusia dan sebagai basis
kebebasan moral, Schelling membahas realitas lebih obyektif dan menyiapkan
jalan bagi idealisme absolute. Dalam pandangan Scheiling, realitas adalah
identik dengan gerakan pemikiran yang berevolusi secara dialektis. Pada
Schelling, juga pada Hegel, realitas adalah proses rasional evolusi dunia
menuju realisasi berupa suatu ekspresi kebenaran terakhir. Tujuan proses itu
adalah suatu keadaan kesadaran diri yang sempurna.
3.
G. W. F. Hegel (1770-1031)
Ia termasuk salah satu filosuf barat
yang menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh, spirit), suatu
istilah diilami oleh agamanya. ia berusaha menghubungkan Yang Mutlak itu dengan
Yang Tidak Mutlak. Yang Mutlak itu roh (jiwa), menjelma pada alam dan dengan
demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya Idea, artinya:
berpikir.
Idea yang berpikir itu sebenarnya
adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Demikianlah proses roh atau Idea yang
disebut Hegel: Dialektika. Proses itu berlaku menurut hukum akal. Sebab itu
yang menjadi aksioma Hegel: apa yang masuk akal (rasional) itu sungguh riil,
dan apa yang sungguh itu masuk akal.
B. Hubungan Idealisme dan Filsafat Pendidikan.
Aliran filsafat
idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan yang
berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah
tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat .
Bahkan jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti
tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell home. Beliau adalah
filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di
Universitas New York.
Idealisme
sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang
melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus
terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai
kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
Bagi aliran
idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi sebagai spiritual. Mereka yang
menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan
merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya
sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini
dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik
bisa menjadi dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang
harmonis dan penuh bahagia. Tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial perlunya
persaudaraan sesama manusia.
C. Tujuan
Filsafat dan Idealisme.
Tujuan filsafat
pendidikan :
Tujuan
filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaiman mengorganisasikan proses
pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan untuk menghasilakn
pemikiran tentang kebijakan dan prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat
pendidikan. praktik pendidikan atau prosese pendidikan menerapkan serangkaian
kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta
didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori
pendidikan.
Tujuan Idealisme :
Agar
anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki
kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan
berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu
lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi
kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam
spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain.
Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang
satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling
penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
- Pokok – pokok Pemikiran Idealisme.
1.
Alam sebagai sesuatu yang bersifat rohani.
Secara
umum dapat dikatakan ada dua macam kaum idealisme yaitu kaum spiritualis dan
kaum dualis. Meraka memandang alam sebagai keseluruhan yang bertingkat-tingkat
dan diri kita masing-masing sebagai pusat rohani dan berkeseimbangan dengan
tingkat yang lain. Apa yang kita namakan dunia material juga merupakan dunia
dengan pusat rohani yang mempengaruhi alat inderawi kita.
2.
Tingkat – tingkat Alam.
Pendirian
alam semesta dapat dipulangkan kepada roh yang ditolak oleh kaum idealis, kaum
idealis yang dualistis menyatakan bahwa yang terdalam ialah jiwa semesta,
tetapi mereka menyatakan pendapat yang umum bahwa alam merupakan tatanan yang
mempunyai tingkat-tingkat yang berbeda-beda, yang sebagai sistem saling
berhubungan namun pada dasarnya yang satu tidak dapat dipulangkan kepada
lahirnya.
3.
Penalaran yang didasari atas makna.
Wilbur
m. Urban, adalah seorang paham idealismedewasa ini, semua penganut idealisme
tentu bersepakat bahwa dunia kita ini memandang makna. Sebab, jika tidak
demikian maka tugas para filsufuf yang sebenarnya menjadi tidak berarti. Tetapi
apa yang dinamakan makna tadi senantiasa terdapat di dalam suatu sistem yang
merupakan kebetualan. Karena jika memang dunia kita megandung makna, maka dunia
tersebut harus merupakan suatu sistem kebetulan logis ( spiritual ).
4.
Jiwa dan Nilai.
Jiwa
( roh ) dalam khasanah kata-kata kita menggambarkan pengakuan mengenai adanya
nilai-nilai dan adanya sesuatu dalam diri kita yang bukan berupa alat-alat
iderawi kita. Dengan kata lain, sesuatu dalam diri kita yang memberikan
pengakuan serta penghargaan kepada nilai-nilai, itulah yang dinamakan roh.
William
e.hocking adalah seorang idealis yang memeberikan penjelasan mengenai istilah
jiwa, yaitu jiwa yang bersifat mempersatukan segala hal.
5.
Etika Idealisme.
Bahwa
perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah
didasari pada prinsip kerohanian yang lebih tinggi.
6.
Teori Pengetahuan.
Idealisme
mengemukakan hakekat pengetahuan manusia ada di dalam jiwa/roh. Bahwa
pengetahuan itu tidak lain dari kejadian dalam jiwa manusia, sedang kenyataan
yang diketahui manusia itu sekelilingnya terletak di luarnya.
- Obyek Filsafat Ilmu.
Filsafat
ilmu memiliki obyek tersendiri, baik menyangkut obyek material maupun obyek
formalnya.
1.
Obyek material filsafat ilmu.
Adalah
ilmu pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat di pertanggungjawabkan.
2.
Obyek formal filsafat ilmu.
Adalah
esensi ( hakikat ) ilmu pengetahuan yang mencakup apa hakikat ilmu itu
sesungguhnya.
- Pandangan filsuf mengenai Idealisme.
1.
Schelling memberikan nama yang diberikan
idealisme subyektif pada filsafat Fichte,dengan alasan bahwa dalam pemikiran
Fichte dunia merupakan postulat subyek yang memutuskan.
2.
Idealisme obyek adalah nama yang
diberikan oleh Schelling pada pemikiran filsafat. Menurutnya, alam adalah
intelegensi yang kelihatan. Hal tersebut menunjukkan semua filsafat yang
mengidentikkan realitas dengan ide,akal atau roh.
3.
Hegel menerima klasifikasi schilling,
dan mengubahnya menjadi idealisme absolute sebagai sintesis dari pandangan
idealism subyektif ( tesis ) dan obyektif ( antithesis ).
4.
Idealisme transendetal adalah pandangan
dan penyebutan dari Immanuel kant. Pandangan ini mempunyai alternative yaitu
isi dari pengalaman langsung tidak dianggap sebagai benda dalam dirinya,
sedangkan ruang dan waktu merupakan forma intuisi kita sendii.
5.
Idealisme epistimologi merupakan suatu
keputusan bahwa membuat kontak hanya dengan ide-ide atau pada peristiwa manapun
dengan entitas-entitas psikis.
6.
Idealisme personal adalah sistem
filsafat Howison dan Bowne.
7.
Idealisme voluntarisme dikembangkan oleh
foulee dalam suatu sistem yang melibatkan tenaga pemikiran.
8.
Idealisme teistik pandangan dan sistem
filsafat dari Ward.
9.
Idealisme monistik adalah penyebutan dan
sistem filsafat dari Paulsen.
10.
Idealisme etis adalah pandangan filsafat
yang dianut oleh Sorley dan Messer.
- Konsep Filsafat menurut aliran Idealisme.
1.
Metafisika idealisme.
Secara
pasti kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara
kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi
kenyataan rohaniah yang lebih berperan.
2.
Humanologi Idealisme.
Jiwa
yang dikaruniai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan adanya kemampuan
memilih.
3.
Epistimologi Idealisme.
Pengetahuan
yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir.
Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal
pikiran yang cemerlang.
4.
Aksiologi Idealisme.
Kehidupan
manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat
tentang kenyataan atau metafisika.
- Prinsip – prinsip Idealisme.
Adapun
beberapa prisip idealisme, yaitu :
1. Menurut
idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan
atau ide ( spirit ). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagiannya
harus dipandang sebagai suatu sistem yang masing-masing unsurnya saling
berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan
bersifat spiritual.
2. Realitas
atau kenyataan yang tampak di ala mini bukanlah kebenaran yang hakiki,
melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang dalam jiwa manusia.
3. Idealisme
berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma berharga dan lebih tinggi
dari pada materi bagi kehidupan manusia.
4. Idealisme
berorientasi kepada ide-ide yang berpusat kepada Tuhan, kepada jiwa,
spiritualitas, dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak.
- Pemikiran Filsafat Pendidikan dan Ideologi.
1. Dalam
hal ini pemikiran idealisme akan membahas tentang :
a. Realitas.
Menurut
filsafat idealisme realitas akhir adalah roh, bukan materi atau fisik.
Parmenides filosof dari Elea ( yunani Purba ), kata “Apa yang tidak dapat
dipikirkan adalah tidak nyata”
b. Pengetahuan.
Seperti
yang kita ketahui idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa
pengetahuan itu tidak lain dari pada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan
kenyataan yang diketahui manusia itu sendiri terletak di luar.
Seperti
yang dikutip dalam buku Henderson ( 1959:215 ) mengemukakan bahwa indera kita
hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan.
c. Pendidikan.
Merupakan
proses atau usaha yang terancang atau sistematis dan berkepanjangan atau
terus-menerus untuk mengembangkan potensi dari manusia yang akan membentuk
kepribadian-kepribadian yang baik.
2. Pemikiran
Filsafat Pendidikan :
a. Menurut
Socrates ( 470-399 SM ).
Dalam
sejarah filsafat muncullah salah seorang pemikir besar kuno yang man gagasan
filosofisnya dan metode pengajarannay ditunjukkan untuk mempengaruhi secara
mendalam dan abadi terhadap teori dan praktik pendidikan diseluruh dunia barat.
Tujuan
pendidikan yang benar menurut Socrates adalah untuk merangsang penalaran yang
cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang
terus menerus dan standar moral yang tinggi (Smith, 1986: 25).
Dengan menggunakan metode mengajar yang dialektis ini Socra¬tes menunjukkan bahwa jawaban-jawaban terbaik atas pertanyaan moral menurut pendapatnya adalah cita-cita yang diajarkan oleh para pendiri¬pendiri agama, cita-cita yang melekat pada ketuhanan, cinta pada umat manusia, keadilan, keberanian, pengetahuan tentang kebaikan dan keja¬hatan, hormat terhadap kebenara.
Dengan menggunakan metode mengajar yang dialektis ini Socra¬tes menunjukkan bahwa jawaban-jawaban terbaik atas pertanyaan moral menurut pendapatnya adalah cita-cita yang diajarkan oleh para pendiri¬pendiri agama, cita-cita yang melekat pada ketuhanan, cinta pada umat manusia, keadilan, keberanian, pengetahuan tentang kebaikan dan keja¬hatan, hormat terhadap kebenara.
b. Menurut
Plato ( 427-347 SM ).
Plato
adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuh¬nya menyerap
ajaran-ajaran pendidikan besar itu, kemudian mengembangkan sistem filsafatnya
sendiri secara lengkap. la mendiri¬kan sebuah akademi, suatu pusat untuk studi.
Plato, dilahirkan dalam keluarga Aristokrasi yang kaya (mungkin di Athena disekitar tahun 427 SM).Menurut Plato di dalam negara idealnya pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapat perhatian yang paling khusus bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tugas dan panggilan yang sangat mulia yang harus diselenggarakan oleh negara. Pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tindakan pembebasan dari belengggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan pendidikan pula, orang-orang akan mengenal apa yang balk dan apa yang jahat, dan juga akan menyadari apa patut dan apa yang tidak patut, dan yang paling dominan dari semua itu adalah bahwa pendidikan mereka akan lahir kembali (they shall be born again) (Raper, 1988: 110).
c. Menurut
Aristoteles ( 367-345 SM ).
Aristoteles
menerima pendidikan yang lengkap pada awal mass kanak-kanak dan mungkin
kemudian mengajar dalam pengamatan gejala-gejala penyakit dan teknik-teknik
pembedahan. Balk ayah maupun ibunya,Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata,
akan tetapi soal memberi bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi,
supaya mengarah dirt kepada akal, sehingga dapat dipakai akal guna mengatur
nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, ia memer¬lukan dukungan-dukungan
perasaan yang lebih tinggi yang diberikan arch yang benar. Aristoteles
mengemukakan bahwa pendidikan yang baik adalah yang mempunyai tujuan untuk
kebahagiaan. Kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif (Barnadib, 1994:
72).Aristoteles juga menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada tingkat
pendidikan rendah, sebagaimans pada tingkat pendidikan usia muda itu perlu
ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Menurut Aristoteles untuk memperoleh
pengetahuan manusia harus lebih dari binatang-binatang lain berdasarkan
kekuatannya untuk berpikir,
- Pengaruh Idealisme diruang kelas.
Guru dalam sistem pengajaran yang
menganut aliran idealism berfungsi sebagai :
1. Guru adalah personifikasi dari
kenyataan si anak didik.
2. Guru harus seorang spesialis dalam
suatu ilmu pengetahuan dari siswa.
3. Guru haruslah menguasai teknik
mengajar secara baik.
4. Guru haruslah menjadi pribadi
terbaik, sehingga disegani oleh para murid.
5. Guru menjadi teman dari para
muridnya.
6. Guru harus menjadi pribadi yang
mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar.
7. Guru harus bisa menjadi idola para
siswa.
8. Guru harus rajin beribadah, sehingga
menjadi insane kami yang bisa menjadi teladan para siswa.
9. Guru harus menjadi pribadi yang
komunikatif.
10. Guru harus mampu mengapresiasikan
terhadap subjek yang menjadi bahan ajaran yang di ajarkan.
Guru menjadi agen penting dalam
menolong siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, guru idealis
menyajikan bahan belajar warisan budaya yang terbaik. Membuat siawa berperan
dalam menyambungkan karya mereka untuk masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
- Simpulan.
Filsafat
pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan
penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis.
Idealisme
adalah merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.
Tujuan
idealisme untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemempuan dasar
kebaikan dan sosial.Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal.
aliran
filsafat idealisme dalam pendidikan menekankan pada upaya pengembangan bakat
dan kemampuan peserta didik sebagai aktualisasi potensi yang dimilikinya. Untuk
mencapainya diperlukan pendidikan yang berorientasi pada penggalian
potensi dengan memadukan kurikulum pendidikan umum dan pendidikan praktis.
Kegiatan belajar terpusat pada peserta didik yang dikondisikan oleh tenaga
pendidik.
- Saran.
Saran
yang bisa diberikan penulis adalah sebagai manusia dalam melakukan segala sesuatu
sebaiknya mempertimbangkannya dulu. Yaitu melalui pemikiran (rasio atau akal),
agar hasil yang akan didapatkan itu lebih baik dan memuaskan. Hasilnya akan
berbeda jika dalam menentukan sesuatu tanpa melalui pertimbangan dan pemikiran.
Sebagai calon seorang guru, hendaknya pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam. Pendidik memenuhi akal peserta didik dengan hakikat dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain guru harus menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk pembelajaran, serta lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.
Sebagai calon seorang guru, hendaknya pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam. Pendidik memenuhi akal peserta didik dengan hakikat dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain guru harus menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk pembelajaran, serta lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.
DAFTAR
PUSTAKA
7. Buku
“filsafat ilmu” oleh Dr. Maufur
umi pun berfilsafat...
BalasHapusbagussss
BalasHapus