Sabtu, 11 Mei 2013


BAB I
PENDAHULUA
A.   Latar Belakang.

Setiap insan yang hidup di dunia ini pasti mengimpikan untuk memiliki sebuah keluaga yang bahagia dan harmonis, akan tetapi ada juga sebuah keluarga yang saling membenci dan berantakan. Setiap keluarga selalu mendambakan terciptanya keluarga bahagia dan tidak jarang setiap keluarga mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan upaya. Bahkan mereka menempa anak-anaknya agar mampumempersiapkan diri dalam membentuk kehidupan dalam berkeluarga yang bahagia, sesuai dengan apa yang didambakan orang tuanya.
B.   Rumusan Masalah.

1.      Pengertian Keluarga Bahagia ?
2.      Cirri – cirri Keluarga Bahagia ?
3.      Faktor – faktor penentu kebahagiaan rumah tangga ?
4.      Kendala – kendala dalam Mencapai Kebahagiaan Keluarga ?
 
BAB II
PEMBAHASAN


A.   Pengertian Keluarga Bahagia.

Keluarga bahagia adalah identik dengan keluarga yang harmonis sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup (Bambang, 2000 :52).

Keluarga bahagia adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, maupun yang selalu diliputi rasa kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, dan setia.

Dalam sebuah keluarga setiap orang pasti ingin memiliki Keluarga bahagia dan sejahtera. Maka kata bahagia selalu dikaitkan dengan aspek psikologis dan perasaan yang paling dalam, sementara sejahtera dikaitakan dengan keluarga yang cukup dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Sebuah keluarga belum disebut bahagia jika hanya berkecukupan harta benda, namun tidak menikmati suasana batin yang baik.



B.   Cirri – cirri Keluarga Bahagia.

Keluarga yang saling menyayangi dan merindukan, sang ayah menyayangi, mencintai, dan merindukan anak dan ibunya dari anak – anaknya, lalu sang ibu menyayangi, mencintai, dan merindukan anak – anaknya dan ayahnya, kemudian sang anak pun demikian.
Menurut Danuri ( 1999:19 ), cirri – cirri keluarga bahagia diantaranya :
1.      Adanya ketenangan jiwa dengan selalu bertaqwa kepada Allah SWT.
2.      Hubungan yang harmonis antara individu dengan individu lain dalam keluarga dan masyarakat.
3.      Terjamin kesejahteraan jasmani, rohani, dan sosial.
4.      Cukup sandang, pangan, dan papan.
5.      Adanya jaminan hokum terutama hak azasi manusia.
6.      Tersedianya pendidikan yang wajar.
7.      Ada jaminan dihari tua agar masa depan tidak terlantar.
8.      Tersedianya pelayanan rekreasi yang wajar.

C.   Faktor-faktor penentu kebahagian dalam rumah tangga.

Untuk menciptakan keluarga yang bahagia menurut ( Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk keluarga, (Jakarta: Gunung Mulia. 1986), hal 42-44) :
1.      Perhatian.
Yaitu menaruh hati pada seluruh anggota keluarga sebagai dasar utama hubungan baik antar anggota keluarga. Baik pada perkembangan keluarga dengan memperhatikan peristiwa dalam keluarga, dan mencari sebab akibat permasalahan, juga terhadap perubahan pada setiap anggotanya.

2.      Pengetahuan.
Untuk memperluas wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan keluarga. Sangat perlu untuk mengetahui anggota keluarganya, yaitu setiap perubahan dalam keluarga,agar kejadian yang kurang diinginkan kelak dapat diantisipasi.

3.      Pengenalan terhadap semua anggota keluarga.
Hal ini berarti pengenalan terhadap diri sendiri dan pengenalan diri sendiri yang baik penting untuk memupuk pengertian – pengertian.

4.      Bila pengenalan diri sendiri telah tercapai maka akan lebih mudah tahu semua kejadian dan peristiwa yang terjadi dalam keluarga. Masalah akan lebih mudah diatasi, karena banyaknya latar belakang lebih cepat terungkap dan teratasi, pengertian yang berkembang akibat pengetahuan tadi akan mengurangi kemelut dalam keluarga.

5.      Sikap menerima.
Langkah lanjutan dari sikap pengrtian adalah sikap menerima, yang berarti dengan segala kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya, ia seharusnya tetap mendapatkan tempat dalam keluarga.


6.      Peningkatan usaha.
Dalam peningkatan usaha, pastilah kita tahu bahwa dalam keluarga tidak hanya bisa menerima satu sama lain dalam pasangan saja. Sering terjadi adanya suatu problem dalam keluarga karena adanya usaha-usaha yang masih tetap. Peningkatan keluarga bisa dilakukan yaitu dengan mengembangkan setiap aspek keluarganya secara optimal, misalnya dalam komunikasi, hasil pendapatan, dan aspek fisiologis seperti seks. Hal – hal tersebut dilakukan agar terciptanya perubahan-perubahan yang positif dalam keluarga untuk mencapai perkembangan keluarga bahagia kearah yang lebih baik.

D.   Kendala – kendala dalam mencapai Kebahagiaan keluarga.

Ada beberapa kendala dalam mencapai kebahagiaan keluarga, yaitu :
1.      Hubungan antara suami istri yang tidak harmonis.
2.      Adanya sikap acuh tak acuh terhadap anggota keluarga.
3.      Tidak adanya suatu usaha untuk peningkatan kualitas hidup.
4.      Sikap tidak saling menerima.
5.      Tidak pengertian.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan.

Keluarga bahagia adalah identik dengan keluarga yang harmonis sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup (Bambang, 2000 :52).
Cirri – cirri keluarga bahagia menurut Danuri yaitu adanya ketenangan dalam jiwa, hubungan yang harmonis, kesejahteraan jasmani dan rohani, dll.
 Faktor penentu kebahagiaan rumah tangga, Perhatian, Pengetahuan, Pengenalan terhadap semua anggota keluarga, Pengenalan diri sendiri, Sikap menerima, Peningkatan usaha.

DAFTAR PUSTAKA
















1 komentar: