makalah
teori konseling realitas
Disusun
untuk Melengkapi Tugas Mata kuliah Kesehatan Mental,
Dosen Pengampu : Lukman,
Oleh :
Nama : 1. Annisa Febrisari 1111500175
2.
Intan septi Nafita 1111500196
3.
Dini Setiawati 1111500018
4. Rina Kurniati 1111500044
5.
Fariza hildayani 1111500
6.
Uly ulfa 1111
Progdi : Bimbingan Dan Konseling
Kelas : II D
BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2012
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan
yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik.
Makalah ini kami susun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang Teori Konseling Realitas dalam mata
kuliah Teori-Teori Konseling II, yang kami sajikan berdasarkan studi pustaka
dan menganalisis refrerensi dari situs internet. Makalah ini kami susun, dengan
berbagai rintangan Baik itu yang datang dari dalam maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat
tentang Teori Konseling Realitas, baik itu definisi maupun bagaimana
mengaplikasikannya dalam setiap permasalahan di dunia konseling.
Penyusun mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Yth,
Hastin Budisiwi, S.Psi
2. Rekan-rekan
mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah.
Yang telah membimbing
penyusun dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, untuk itu kritik dan saran dari teman-teman sangat kami butuhkan guna
menjadikan nantinya lebih baik lagi.
Terimakasih.
Tegal, Mei 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 3
A. Latar
Belakang ................................................................................... 3
B. Tujuan
................................................................................................. 3
BAB
II. PEMBAHASAN KONSELING REALITAS.........................................
4
I. Definisi
konseling Realita dan pokok konseling realitas………….. 5
II. Strategi
konseling realitas………………………………………… 6
III. Cirri-ciri konseling realitas………………………………………… 6,7
IV. Tujuan
konseling realitas…………………………………………. 7
V. Peran
dan fungsi konselor…………………………………………. 8
VI. Proses
dan langkah-langkah konseling……………………………
8
VII. Perilaku
bermasalah…………………………………………….. 9
VIII. Tekhnik konseling realitas…………………………………….. 10
IX. Prosedur
konseling realitas……………………………………... 10,11
X. Ilustrasi
kasus…………………………………………………… 12
BAB
III. PENUTUP …………………………………………………………… 13
A. Kesimpulan ......................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Pada dewasa ini, banyak sekali
pendekatan-pendekatan terapi yang dipelajari oleh konselor.
Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain : Pendekatan Psikoanalitik,
Pendekatan Eksistensial-Humanistik, Pendekatan Client-Centered, Terapi Gestalt,
Terapi Tingkah Laku, Terapi Rasional-Emotif, Terapi Realitas, dan lain-lain.
Diantara berbagai pendekatan-pendekatan dan terapi tersebut, pendekatan dengan
Terapi Realitas menunjukkan perbedaan yang besar dengan sebagian besar
pendekatan konseling dan psikoterapi yang ada. Terapi Realitas juga telah
meraih popularitas di kalangan konselor sekolah, para guru dan pimpinan sekolah
dasar dan sekolah menengah, dan para pekerja rehabilitasi.
Selain itu, Terapi Realitas
menyajikan banyak masalah dasar dalam konseling yang menjadi dasar
pernyataan-pernyataan seperti: Apa kenyataan itu? Haruskah terapis
mengajar pasiennya? Apa yang harus diajarkan? Dan sebagainya. Sistem Terapi
Realitas difokuskan pada tingkah laku sekarang. Oleh karena itu, seorang
konselor maupun calon konselor wajib mempelajari Terapi Realitas.
b.
Tujuan
1.
Untuk
memenuhi kewajiban dalam mata kuliah Teori dan Teknik Konseling
2.
Untuk
mengetahui pandangan Terapi Realitas terhadap sifat manusia.
3.
Untuk
mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam Terapi Realitas.
4.
Untuk
mengetahui bagaimana prosedur konseling
yang digunakan dalam terapi realitas.
5.
Untuk
mengetahui apa saja yang harus dilakukan dalam pelaksanaan konseling realitas.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Definisi
konseling Realita dan pokok-pokok konseling realitas
Tokoh
utama model konseling realitas adalah seorang psikiater, yaitu Dr. William Glesser, ide dasarnya
adalah bahwa terlepas dari apa yang telah terjadi pada manusia, apa yang telah
dkerjakan oleh manusia, dan bagaimana kebutuhan manusia tidak terpenuhi atau di
langgar, manusia mampu, mengevaluasi relitas terkini dan kemudian memilih
perilaku untuk memenuhi kebutuhan secara efektif pada masa kini dan masa yang
akan datang ( manusia dapat memudarkan pengalaman masa lalu, dan kemudian
memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan masa kini, dengan perilaku yang
bertanggung jawab).
Konseling realita atau terapi realita adalah
suatu sistem yang di fokuskan kepada tingkah laku sekarang. Konseling ini
menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur yang di rancang untuk
membantu orang-orang dalam mencapai suatu keberhasilan.
Konseling realitas menekankan pada
masalah moral, antara benar dan salah yang harus diperhadapkan kepada konseli
sebagai kenyataan atau realitas. Konseling ini mengarahkan pandangan
penilaiannya pada bagaimana perilaku saat ini dapat memenuhi kebutuhan konseli,
dengan mengabaikan pengalaman masa lalu. Konseli realitas berfokus pada tingkah
laku sekarang,bukan berarti tidak mementingkan perasaan dan sikap,tetapi
konseli realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Konseli
realitas adalah proses pengajaran bukan proses penyembuhan . itulah sebabnya
terapi relitas sering menggunakan pendekatan kognitif dengan maksud agar
konseli dapat menyesuaikan diri terhadap realitas yang dihadapinya.
Relitas terkini merupakan persepsi
manusia atau klien terhadap diri sendiri pada lingkungannya. Terkait dengan hal
ini maka yang penting dalam konseling realitas adalah konselor membantu klien
untuk membentuk realitas terkini dengan cara :
1. Memahami
realitas terkini klien dan membantu mengevaluasinya,
2. Menemukan
pilihan perilaku yang realistis yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan secara
efektif. Dalam konseling realitas pengalaman masa lalu klien dibutuhakn
konselor untuk dapat memahami lebih dalam problema yang dihadapi oleh klien.
Terapi realitas
menolong individu untuk memahami mendefinisikan dan mengklarisifikasikan
tujuan hidupnya.
II.
Strategi
konseling realitas
Ada
2 strategi konseling realitas yaitu membangun relasi atau lingkungan konseling
dan prosedur WDEP ( want, doing and direction,evaluation,planning )
a. Want
( keinginan ) : disini konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengeksplorasi tentang keinginan yang sebenarnya yang di dapat dari tanya
jawab.
b. Doing
and direction ( melakukan dengan terarah) : disini konselor memberi
pertanyaan tentang apa yang
difikirkan,di rasakan, di lakukan, dan keadaan fisik yang di alami untuk
memahami perilaku klien secara menyeluruh dan kesadaran terhdap perilakunya
itu.
c. Evaluation
( evaluasi ) : evaluasi diri klien merupakan inti konselinng realitas. Klien di
dorong untuk melakukan evaluasi terhadap perilaku yang telah di lakukan terkait
dengan keinginan serta pengaruh terhadap dirinya.
d. Planning
( rencana ) : dalam membantau klien membuat rencana tindakan,konselor
mendasarkan pada kriteria tentang rencana yang efektif yaitu :
a. Di
rumuskan oleh klien sendiri
b. Realistis
atau dapat di capai
c. Di
tindak lanjuti dengan segera
d. Berada
di bawah kontrol klien, tidak tergantung pada orang lain.
III.
Ciri
– Ciri Konseling Realitas.
a.
Konseling
realitas menolak konsep tentang penyakit mental
b.
Konseling
realitas berfokus pada tingkah laku sekarang. Bukannya tidak menganggap
perasaan – perasaan dan sikap itu tidak
penting, tetapi konseling ini menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang.
c.
Konseling
realitas berfokus pada saat sekarang bukan masa lalu. Karena masa lalu
seseorang itu tidak bisa di ubah, maka yang bisa di ubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan
datang.
d.
Konseling
realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam menilai
kualitas tingkah lakunya sendiri, dalam menentukan apa yang membantu kegagalan
yang di alaminya.
e.
Konseling realitas tidak menekankan transferensi
f.
Konseing
realitas menekankan aspek – aspek kesadaran bukan aspek- aspek ketidak sadaran
g.
Konseling
realitas menghapus hukuman
h.
Konseling
realitas menekankan tanggung jawab, Glasser menyatakan bahwa mengajarkan
tanggung jawab adalah konsep inti terapi realitas.
IV.
Tujuan
Konseling Realitas
Secara
umum tujuan konseling realitas sama dengan tujuan hidup. Secara khusus tujuan
konseling realitas adalah membantu konseli agar memliki kontrol yang lebih
besar terhadap kehidupan sendiri dan mampu membuat pilihan yang lebih baik.
Pilihan yang lebih baik tersebut, merupakan suatu pilihan yang bijaksana yang
di presepsi sebagai pilihan yang memenuhi criteria berikut :
a.
Dapat
membantu memenuhi kebutuhan dasar
b.
Bertanggung
jawab
c.
Realistik
d.
Memungkinkan
untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain
e.
Memungkinkan
untuk mengembangkan identitas berhasil
f.
Memungkinkan
untuk memilki keterampilan yang konsisiten untuk membentuk tindakan yang sehat
yang meningkatkan perilaku totalnya. Untuk mencapai tujuan – tujuan itu, untuk
mencapai tujuan – tujuan itu, karektiristik konselor realitas adalah sebagai
berikut :
1.
Konselor
harus mengutamakan keseluruhan individual yang bertanggung jawab
2.
Konselor
harus kuat, yakin, harus mampu menahan tekana dari klien untuk bersimpati atau
membenarkan perilakunya, tidak pernah menerima alas an – alas an dari perilaku
irasional klien.
3.
Konselar
harus hangat, sensitive terhadap kemampuan untuk memahami perilaku orang lain.
4.
Konselor
harus dapat bertukar pikiran dengan klien.
V.
Peran
dan Fungsi Konselor
1.
Peran
konselor :
a.
Konselor terlibat dengan klien membawa klien
menghadapi realita
b.
Tidak
membuat pertimbangan nilai dan keputusan bagi klien
c.
Mengajarkan
klien membuat rencana dan keterampilan
d.
Bertindak
tegas
e.
Sebagai
pembimbing
f.
Moralis
g.
Dapat
menhidupkan suasana
2.
Fungsi
konselor
a.
Terlibat
dengan klien dan kemudian membawa klien menghadapi reaita
b.
Sebagai
pembimbing untuk membantu akan menafsirkan tingkah laku mereka realistis
c.
Keterlibatan
d.
Sebagai
contoh perilaku yang baik.
VI.
Proses
dan Langkah – langkah konseling
1.
Proses
Konseling
Kemampuan
konselor untuk terlibat dengan konseli merupakan keterampilan esensial dalalm
konseling realita, menurut Glesser ada beberapa cara untuk mencapai
keterlibatan dalam proses konseling sebagai berikut :
a. Bertindak
sebagai guru dan mendengarkan konseli dengan penuh perhatian, hangat,
bersahabat, respect, optimis, jujur dan tulus
b. Bersedia
untuk membuka diri pada konseli
c. Menekankan
sikap kolaboratif
d. Tidak
menggunakan tekanan, penilalian dan pemaksaan pada konseli, tetapi memotivasi
konseli melalui dorongan dan penguatan
e. Memusatkan
perhatian pada perilaku sekarang
f. Menggunan
pertanyaan apa bukan mengapa
g. Jika
perlu menggunakan konsultasi, pendidikan, dan tindak lanjut guna memfasilitasi
perlakuan
h. Tegas
dan tak pernah menyerah
2. Langkah
– langkah Konseling
Untuk
memperjelas proses konseling realitas maka diperlukanlangkah – langkah
konseling sebagai berikut ;
a. Membangun
hubungan antara konselor dan klien dalam proses konseling : konselor membina
hubungan dan keterlibatan emosi serta kerja sama klien.
b. Identifikasi
perilaku atau tindakakn kekinian klien : pengungkapan perilaku atau tindakan
klie yang terjadi pada akhir – akhir ini.
c. Evaluasi : konselor mendorong klien menilai
kerealistikan perilaku atau tindakan dengan cara klarifikasi perilaku sekarang.
d. Pengembangan
perencanaan perilaku yang realistik : konselor mendorong klien menyusun rencana
yang realistik sesuai dengan tuntutan lingkungan dan keinginannya.
e. Komitmen
: membangun motivasi dan kesanggupan klien dengan cara pemberia harapan dan
membangun motivasi.
f. Pengakhiran
tindakan : melakukan evaluasi dan konsekuensinya bila mana klien gagal
melakukan tindaan yang di rencanakan, dengan cara mendorong klien untuk tidak
menolak kegagalan, tidak kecewa, dan segera memikirkan cara baru yang lebih
realistis.
VII.
Perilaku
Bermasalah
Konseling realita pada dasarnya tidak mengatakan
bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep prilaku
dalam konseling realitas lebih di hubungkan dengan berperilaku yang tepat atau
berperilaku tidak tepat. Menurut Glesser, berperilaku yang tidak tepat di
sebabkan karena ketidak mampuan dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya
individu tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat
melakukan atas dasar kebenaran, tanggung jawab dan realitas.
Dalam hal ini basis dari konseling realitas adalah
membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasar psikologinya.
Penderitaan pribadi bias di ubah hanya dengan perubahan identitas,karena
individu bias mengubah cara hidup, perasaan, dan tingkah lakunya, maka mereka
pun bias mengubah identitasnya. Perubahan identitas tergantung pada perubahan
perilaku, maka jelaslah konseling ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manusia
adalah agen yang menentukan dirinya sendiri.
VIII.
Tekhnik
Konseling Realita
Dalam
penerapannya konseling realitas bias menggunakan beberapa tekhnik sebagai
berikut :
a. Terlibat
dalam permainan peran dengan klien
b. Berhadap
– hadapan langsung dengan klien
c. Menggunakan
humor
d. Membantu
klien merumuskan rencana-rencana yang spesifik dalam tindakannya
e. Konselor
bertindak sebagai guru
f. Menyusun
situasi konseling
g. Menggunakan
“terapi kejutan verbal” yang layak untuk menghadapkan klien dengan tingkah
lakunya yangtidak realistic
h. Melibatkan
diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.konseling
realitas tidak menggunakan obat-obatan. Para pempraktek konseling realitas
tidak hanya sebagai detektif yangmencari penyebab-penyebabnya saja tetapi
berusaha membangun kerja sama dengan klien untuk membantu mereka dalam mencapai
tujuan.
IX.
Prosedur
konseling realitas
Untuk
mencapai tujuan konseling terdapat beberapa prosedur yang harus di perhatikan
oleh konselor realitas di antaranya :
a. berfokus
pada personal
prosedur
utama adalah mengkomunikasikan perhatian konselor pada klien
b. berfokus
pada perilaku
konseling
ini befokus pada perilaku tidak padaperasaan dan sikap konselor dapat meminta
klien untuk melakukan sesuatu menjadi lebih baik bukan meminta klien merasa
lebih baik
c. berfokus
pada saat ini
konseling
realitas memandang tidak perlu
menganalisis melihat masa lalu klien
d. pertimbangan
nilai
penilaiam
perilaku oleh diri klien akan membantu kesadaran tentang dirinya untuk
melakukan hal-hal positif
e. pentingnya
pernyataan
untuk
mencapai hal ini konselor bertugas membantu klien untuk memperoleh pengalaman
berhasil pada tingkat-tingkat yang sulit
f. komitmen
keyakinan
antara konselor dan lien tentang pelaksanaan rencana-rencannya.
g. Tidak
menerima alasan
Pada
saat ini konselor membantu rencana dan membuat komitmen baru upaya lebih
lanjut.
h. Menghilangkan
hukuman
Konseling
realitas tidak memperlakukan hukuman
sebgai tekhnik perubhan perilaku.
X.
Ilustrasi
kasus
Rafa, siswa kelas 7 SMP, perilakunya di
sekolah sangat tidak disiplin, dia mengalami hambatan dalam menjalankan
kewajibannya sebagai siswa di sekolah. Hal ini tentu akan berakibat pada proses
belajar mengajar dan prestasi belajar rafa disekolah. Bimbingan bagi rafa ini
sangant di perlukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan dan agar membuat
rafa dapat mengikuti proses belajar mengajar secara baik.
Dalam hal ini , rafa di berikan
bantuan dengan konseling realita, dengan
menggunakan prosedur WDEP. Rafa d ingatkan kembali ada keinginan-keinginannya,
tujuanya, kemudian memberikan arahan-arahan merumuskan rencana baru dan
konselor memberikan pengawasan terhadap perilakunya.
Focus konseling realitas adalah problema
kehidupan yang drasakan oleh klien saat ini, dan dilaksanakan melalui interaksi
aktif antara konselor dan klien. Dalam hal ini konselor mengajukan pertanyaan
dan klien memberi jawaban , sebagai respons terhadap pertanyaan konselor.
Berkenaan dengan hal ini maka keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang
harus d kuasai oleh konselor realitas.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Konseling
realitas merupakan kelompok terapi kognitif-behavioral yang bersifat multicultural,
menjelaskan “bagaimana manusia berfungsi secara individu dan sosial” terapi
relitas mendasarkan pada realita bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan yang
dibawa sejak lahir dan termotivasi ( secara internal ) untuk memenuhi atau
memuaskannya. Oleh karena itu dapat digunakan oleh orang tua untuk
anaknya,manajer untuk pegawainya, guru untuk muridnya, suami untuk istri, atau
sebaliknya. Formulasi WDEP dapat diterapkan secara fleksibel untuk konseling
kecanduaan, kesehatan mental, pendidikan, pekerjaan sosial, peradilan, dan
tempat kerja melalui tuntunan motivasi internal.
DAFTAR PUSTAKA
makalah ini dipresentasikan oleh uly ulfa...
BalasHapusgood job...